BP-Paud-Dikmas Sulteng Lakukan Uji Coba Operasional Model Blended Learning Di Parimo

BP-Paud-Dikmas Sulteng Lakukan Uji Coba Operasional Model Blended Learning Di Parimo
BP-Paud-Dikmas Sulteng Lakukan Uji Coba Operasional Model Blended Learning Di Parimo.Foto : Ist

PARIMO – Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP-Paud-Dikmas) Provinsi Sulawesi Tengah, melakukan uji coba operasional model pembelajaran Blended Laerning di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kabupaten Parigi Moutong.

Hal tersebut dikatakan, Kepala Bidang Paud dan Dikmas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Parigi Moutong, Nurlina disela kegiatan uji coba operasional model pembelajaran blended learning di gedung SKB Parigi, Selasa (17/11/2020).

Bacaan Lainnya

Menurut Nurlina, uji coba operasional model blended learning dengan pendekatan kearifan local, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) kelas X dalam meningkatkan minat belajar peserta didik paket C di parimo.

“Blended learning itu artinya, disituasi Covid-19 ini kan, tidak memungkinkan belajar langsung tatap muka. Jadi, blended learning itu menggabungkan sistem tatap muka dengan sistem dalam jaringan (Daring),” ujar Nurlina.

Lanjut Nurlina Untuk pengembangan model ini, dilakukan oleh pihak BP-Paud Provinsi.” Jadi bagaimana, cara tutor mengajar dengan blended learning, agar supaya tujuan-tujuan pembelajaran tetap tercapai dimasa pandemi Covid-19.

Dia menjelaskan, melalui dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan anak usia dini berupaya untuk meningkatkan kapasitas tutor.

“Tutor ini kan, mengajar anak-anak yang putus Sekolah dan tentunya cara mengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) tentunya akan berbeda dengan formal.” Sebut Nurlina.

Sehingga, menurutnya bagaimana cara untuk melakukan penekanan dengan memberikan pelajaran yang menyenangkan. Kerena, notabene mereka adalah yang tidak mau sekolah. Namun, harus di sekolahkan dengan tetap menjaga kualitas.

“Kualitasnya lebih pada penekanan life skill yang diberikan. Jadi, kita ingin peserta didik paket C itu,seperti kata pak Menteri  penerima  manfaat  yang terakhir  itu adalah peserta didik paket C.” ujarnya.

“Mereka merasakan sebuah perbedaan sebelum belajar di paket A,dan B, jadi ada pebedaan setelah dan sebelum belajar.” tambahnya.

Menurutnya, mereka tidak hanya sekedar belajar. Tetapi, setelah belajar, ia mendapatkan ijazah. Namun, ada hal yang didapatkan dalam pembelajaran tersebut.

” Jadi, itu yang kita dorong kepada PKBM untuk melakukan pemetaan-pemetaan tentang potensi lokal.” demikian Nurlina.(Abt)