PALU, radarparimo.com – Sejarah baru dicatatkan dr Verna G Merry Inkriwang, sebagai perempuan pertama yang memimpin daerah di Sulawesi Tengah. Sebagai Bupati Poso, lika-liku karir politiknya, hingga kini mencapai pucuk pimpinan di Bumi Sintuvu Maroso itu, disampaikan Verna secara terbuka saat berbincang bersama Pemimpin Umum Radar Sulteng, H Kamil Badrun AR SE MSi, dalam Podcast Kabar68, Jumat (19/5/2023).
Menjabat sebagai Bupati Poso sejak 26 Februari 2021, berbagai capaian telah ditorehkan Verna. Hal itu dipaparkan Verna, menjawab pertanyaan pembuka dari Kamil Badrun sebagai host Podcast Kabar68, terkait apa yang telah dilakukan di lebih dua tahun kepemimpinan sebagai Bupati Poso.
Banyak capaian pembangunan Kabupaten Poso yang telah dilakukan, namun disampaikan Verna, bahwa program unggulan yakni peningkatan layanan kesehatan masyarakat Poso, sudah diakui oleh pemerintah pusat.
“Saat meniatkan diri maju sebagai kepala daerah, kami langsung membuat program unggulan, itu adalah Poso Sehat. Kebetulan saya berlatar belakang kesehatan, dan ketika duduk di senayan (DPR RI), juga berada di komisi Sembilan yang membidangi kesehatan,” jelasnya.
Ketika itu lanjut dia, layanan kesehatan bagi masyarakat pembiayaannya belum bisa di-cover pemerintah.
Verna kemudian mencari tahu dan menyesuaikan APBD yang ada, dan ternyata hal tersebut bisa dilakukan Pemerintah Daerah dengan meng-cover biaya layanan kesehatan masyarakat, dan hal itu sejalan dengan program Universal Health Coverage (UHC) yang digagas pemerintah melalui BPJS Kesehatan. Di mana seluruh masyarakat akan mendapat layanan kesehatan secara adil, terutama bagi ekonomi kelas menengah ke bawah.
“Di Tahun 2022, kami langsung MoU dengan BPJS Kesehatan, dan secara bertahap meng-cover biaya layanan kesehatan, hingga kini sudah 99,8 persen masyarakat terlayani BPJS Kesehatan yang dananya melalui Pemerintah Daerah,” ungkap Verna.
Upaya perhatian khusus Bupati Poso terhadap layanan kesehatan ini, akhirnya mendapat penghargaan langsung dari Menteri Kesehatan terkait UHC, atas partisipasi Pemerintah Daerah Kabupaten Poso yang mengalokasikan APBD-nya untuk jaminan kesehatan masyarakat.
Meski banyak yang telah dilakukan Verna, bayang-bayang sang ayah, almarhum Piet Inkriwang, yang merupakan Bupati Poso Dua Periode, tidak bisa dihilangkan dari pandangan masyarakat.
Sehingga menurut Kamil, muncul anggapan bahwa hadirnya Verna sebagai Kepala Daerah di Poso, merupakan Politik Dinasti. “Bagaimana anda menanggapi hal ini?,” tanya Kamil.
Secara diplomatis, Verna menjelaskan, bahwa jabatan yang saat ini diembannya bukan warisan dari sang Ayah. Saat itu memang almarhum Piet Inkriwang menjabat selama dua periode, namun di periode berikutnya dijabat oleh orang lain, belum langsung dirinya sebagai anak.
“Memang saya akui ada pandangan bahwa ini politik dinasti, tapi itu saya jawab dengan kemampuan, kapasitas dan kapabilitas saya, untuk meyakinkan masyarakat, dan itu saya buktikan ketika menjabat hari ini,” tegasnya.
Seorang ayah yang merupakan kepala daerah, kata dia, tidak lantas memuluskan seorang anak menjadi penggantinya. Banyak contoh sebut Verna, seperti beberapa sahabatnya di dunia politik, yang ada di pulau Jawa, ketika berhasrat memajukan anaknya, namun karena tidak memiliki figure dan kemampuan, juga tidak terpilih oleh masyarakat.
“Itu tidak serta merta, kalau tidak bagus, tidak sayang rakyat, saya yakin tidak akan terpilih,” imbuh Miss Indonesia 2007 ini.
Sebagai host, Kamil tergelitik untuk menyinggung sektor Pariwisata Kabupaten Poso yang sangat banyak potensinya. Sebagai mantan Miss Indonesia, disampaikan Kamil, Verna tentu sudah paham benar memperkenalkan potensi pariwisata.
“Namun kita ketahui bersama, pasca konflik sudah sangat kurang wisatawan datang berkunjung ke Poso, bagaimana cara ibu mengembalikan lagi pariwisata Poso seperti dulu?,”cecar Kamil.
Pariwisata, diakui Verna merupakan pekerjaan rumahnya yang paling berat. Memang di satu sisi potensi yang dimiliki Kabupaten Poso sangat luar biasa. Dan dahulu, ketika menyebut Sulawesi Tengah, wisatawan asing hanya mengenal Poso.
“Adapun langkah yang kami ambil, tentu berkoordinasi dengan Pemprov juga aparat keamanan, karena kita walaupun kita punya potensi bagus, tapi adanya image daerah tidak aman, maka tidak ada wisatawan yang akan datang,” katanya.
Stigma Kabupaten Poso, yang selama ini terbangun pasca konflik dahulu, memang sangat negatif. Bagaimana Poso digambarkan sebagai daerah yang tidak aman, masih ada sisa konflik juga daerah terorisme. “Ini jadi tantangan saya di satu tahun pertama.
Investor pun kita undang dengan karpet merah, tidak akan ada yang mau, karena stigma itu. Bersyukur, kami didukung Pemprov yang mengalokasi anggaran terlaksananya Festival Danau Poso tahun kemarin. Dan di Tahun 2022 kemarin, juga Kapolda sudah menyampaikan bahwa seluruh DPO sudah tertangkap. Ini jadi angin segar bagi pariwisata Poso bisa kembali seperti dulu,” papar Verna.
Usai menggali apa dan bagaimana upaya Verna memajukan Poso, giliran isu sensitif yang disinggung oleh Kamil. Terkait isu pecah kongsi antara Verna dan Wakil-nya, Yasin Mangun.
“Seharusnya awal yang baik, diakhiri dengan baik, tapi ternyata ada ketidak sepahamaman. Bisa dijelaskan bagaimana situasi saat ini, di tengah tuntutan masyarakat terkait janji kampanye yang harus direalisasikan, ada isu di luar ketidak harmonisan atau pecah kongsi?,” ucap Kamil.
Selama ini, memang Verna mengaku, belum pernah berkomentar di media terkait isu tersebut dan lebih banyak diam. Namun di Podcast Kabar68 ini, wanita kelahiran 27 November 1983 secara terbuka menyampaikan keresahannya tersebut.
Terkait hal itu selengkapnya dapat disaksikan melalui akun Youtube Graha Kabar68. (agg)