PARIMO, radarparimo.com – Tenaga Ahli (TA) Bidang Sumber Daya Alam (SDA) Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (RI), Hasanuddin Atjo menyebut Harkanas ke-9 merupakan momen penting yang menjadi catatan sejarah karena pertama kalinya dilaksanakan di luar Pulau Jawa.
“Merupakan berkah bagi Provinsi ini, yang memiliki SDA yang melimpah, Harkanas ke 9 Tahun ini pertama kalinya digelar di pulau Jawa, ini momen penting yang menjadi catatan sejarah,” ungkap Hasanuddin Atjo, dalam tilisannya. Rabu (16/11/2022).
Menurutnya, lima tahun terakhir Sulteng diketahui memiliki laju pertumbuhan ekonomi tiga besar Nasional, yaitu sekitar 7 persen, karena pengaruh tambang nikel diikuti industri pengolahannya.
Di balik pertumbuhan yang tinggi, daerah ini diperhadapkan kepada sejumlah persoalan, diantaranya laju pertumbuhan ekonomi yang tidak inklusive atau tidak merata antar sektor dalam pembentukan PDRBnya dan cenderung semakin jomplang.
“Sektor pertanian, perikanan serta kehutanan yang berperan sebagai penghasil pangan, kontribusinya semakin lama semakin menurun. Padahal tadinya, sektor ini telah mempekerjakan sekitar 65 persen penduduknya, namun cenderung mulai ditinggal dan kurang diminati,” ujarnya.
Sektor itu kata dia, makin sulit mencari SDM berkualitas, karena lebih memilih bekerja di sektor tambang maupun olahannya.
Atau menjadi bagian dari sistem jasa pelayanan digital yang semakin menjanjikan, cepat mendapatkan materi. Akibatnya terjadi penumpukan tenaga kerja di perkotaan.
“Sebagai korelasi keterpurukan ini bahwa angka kemiskinan daerah ini hanya turun sekitar 6 % dalam kurun 10 tahun dari 18 persen ke sekitar 12 persen di 2021. Angka stunting juga mengalami hal yang sama dan saat ini masih sekitar 27 persen,” jelasnya.
Selain itu angka indeks ketahanan pangan yang memberi gambaran terkait ketersedian, distribusi dan keterjangkauan serta kualitasnya di 2021 berada pada peringkat 17 dari 34 Provinsi. Ironinya terendah di Sulawesi, meskipun memiliki SDA terbesar di K Island ini.
Berdasarkan realitas ini kata Hasanudin, tentunya harus dilakukan redesain terhadap pengelolaan sektor ini. Pendekatan kawasan, penerapan industrialisasi dan digitalisasi menjadi kata kunci terhadap redesain itu. Dan ini akan digagas dalam seminar di hari ikan yang ke-9.
Dia mengungkapkan, Teluk Tomini merupakan teluk yang terbesar di Indonesia dengan garis pantai 1.350 km, dan luas wilayah perairan 137.700 kilometer persegi.
Secara administrasi terdiri dari wilayah Sulteng, Gorontalo dan Sulut dengan luas wilayah administrasi terbesar Sulteng, sekitar 65 persen.
“Teluk ini memiliki potensi SDA yang tergolong besar di Indonesia antara lain perikanan tangkap, perikanan budidaya, pertanian pangan-horti, perkebunan dan peternakan yang dinilai masih dikelola secara parsial dan belum terintegrasi, menjadi salah satu sebab rendahnya daya saing,” ucapnya.
Saat ini, ada tiga tahun terakhir investasi budidaya udang vaname dan suporrtingnya dengan cara cara modern, berkelanjutan di teluk ini sangat masif. Dan cenderung makin meningkat dengan adanya investasi PMA dan PMDN.
Vaname merupakan komoditi di sektor Kelautan-Perikanan yang memenuhi syarat sebagai komoditi industri, karena dukungan sektor di hulu maupun hilir yang tersedia dan terukur.
“Tahun 2021, devisa dari komoditi ini sekitar 2,3 juta USD dari volume ekspor sekitar 250 ribu ton, hampir separuh dari devisa ekspor hasil Perikanan Indonesia. Dan sekitar 60 persen masih diekspor dalam bentuk bahan baku,” kata dia.
Lanjut Hasanudin, besar keyakinan bahwa produksi udang vaname di kawasan Tomini bisa ditingkatkan berlipat ganda, karena Ekuador dengan panjang garis pantai 2.700 km atau dua kali teluk Tomini mampu memproduksi udang di tahun 2021 sebesar 1,1 juta ton, atau sekitar 20 persen dari produk dunia.
“Insya Allah gagasan KEK Pangan TOMINI, Berbasis Industri Vaname, akan dipaparkan Sabtu, tanggal 19 November 2022 di Parigi Moutong. Dan salah satu produk akhir KEK ini nantinya adalah ready to cooke dan ready to eat yang kini menjadi trend kebutuhan di era digital dan ready to eat yang kini menjadi Trend kebutuhan di era digital dan global, Tuturnya. (Wawa)