Penderita Demam Keong di Sulteng Meningkat

Ilustrasi obat schistosomiasis. (Foto: Pixabay/Vacho)

Palu, radarparimo.com – Penderita penyakit demam keong atau schistosomiasis alami peningkatan di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Terkait hal tersebut, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menerima 4000 tablet obat schistosomiasis yang didonasikan World Health Organisation (WHO) melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Obat Schistosomiasis diberikan oleh Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya Direktorat P2PM Kemenkes Lusi Leviana kepada Kepala Dinas Kesehatan Sulteng I Komang Adi, di Kota Palu, Jum’at, 3 Februari 2023.

Kepala Dinas Kesehatan Sulteng I Komang Adi Sudjendra mengatakan, peningkatan kasus demam keong cukup signifikan di Kabupaten Sigi dan Poso sejak tahun 2022.

“Peningkatan kasus dari 0,22 persen menjadi 1,4 persen,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sulteng I Komang Adi.

Komang Adi mengatakan, penyakit tersebut harus secepatnya ditangani sehingga Sulteng mendapat suplay 4000 tablet obat Schistosomiasis dari Kemenkes.

“Walaupun sebenarnya masih dibilang terbatas, tapi syukur kita sudah dapat obatnya, nanti kemungkinan ada ketambahan obat lagi yang akan diberikan,” ujar Komang Adi.

Komang  Adi menerangkan, agar penanganan penyakit demam keong ini maksimal dibutuhkan kolaborasi dengan semua pihak, khususnya Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup.

“Jadi memang tidak bisa jika hanya Dinas Kesehatan sebagai instansi teknis, namun perlu keterlibatan semua pihak agar cepat penanganannya,” terangnya.

Adi menyampaikan, obat-obat Schistosomiasis direncanakan akan didistribusikan ke kabupaten Sigi dan Poso pada Minggu (5/2).

“Secara teknis intervensi Dinkes segera melakukan penanganan pada pasien yang positif terinfeksi penyakit parasitik kronis menular yang disebabkan oleh cacing trematoda,” ujarnya.

Sementara itu, Perwakilan Kemenkes, Lusi Leviana mengungkapkan obat praziquantel pengendali Schistosomiasis  merupakan donasi dari World Health Organisation (WHO).

“Permintaan obat ini sudah sejak akhir tahun 2022 dan pengadaan obat ini cukup susah, butuh proses yang lama untuk didistribusikan ke Indonesia. Karena belum ada izin edarnya di Indonesia,” ungkapnya.

Rencana Kemenkes akan kembali mendistribusikan obat Schistosomiasis pada pertengahan 2023 mendatang.***