Longki : Perjuangan Belum Selesai, Masih Ada PR untuk Dimenangkan

PERJUANGAN: Host podcast Kabar68, H. Kamil Badrun saat berbincang-bincang santai tentang perjalanan karier politik H. Longki Djanggola, Selasa (15/11/2022). (F-radarsulteng)

PALU – radarparimo.com Podcast yang dipandu pimpinan Radar Sulteng Grup sekaligus owner Kabar68, H. Kamil Badrun, SE., M.Si, Selasa (15/11/2022), menghadirkan mantan Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) dua periode Drs. H. Longki Djanggola, M.Si. Perbincangan yang dimulakan pukul 16.00 WITA itu, berjalan sangat menarik. Banyak pengalaman Longki Djanggola bisa jadi pelajaran.

Host Kamil Badrun menggiring H. Longki Djanggola ke masa lalu, yang membawa dirinya dari seorang anak muda gondrong, tenaga kesehatan (Nakes) menjadi seorang birokrat, hingga memasuki gelanggang politik. Yang sebenarnya tidak disadari apalagi mau dicita-citakan.

Diawali dengan, sebuah buku otobiorafi suami dari Hj. Zalzulmida Aladin Djanggola, SH, M.Kn ini.

“Ibu saya yang minta anak-anaknya untuk kerja sebagai tenaga kesehatan. Katanya supaya mudah dapat kerja. Apa yang dibilang ibu saya itu benar sekali. Tamat SMA saya nikmati pekerjaan itu, ” ungkapnya.

Setamat SMA Longki muda bekerja di Depot Farmasi di RSUD Undata Palu, di bawah bimbingan dr. Simorangkir.

Perjalanan karier anak muda ini berjalan dengan baik. Namun perlahan tapi pasti, Longki merasa harus ada tantangan baru lagi dalam hidupnya.

“Saya kemudian punya nilai lain. Ada niatan mau melanjutkan sekolah lagi. Saya lalu mengikuti tes dan diterima di Universitas Indonesia (UI). Saya PNS mau lanjut kuliah. Waktu itu rambut saya gondrong, Asisten apoteker di RSUD Undata. Saya minta izin ke pemerintah daerah, ditemani ibu saya ketemu pak Sekda waktu itu pak Salata. Sudah potong rambut,” kisah Longki.

Dia lalu kuliah di UI dari 1972 sampai selesai 1978. Namun belum mau pulang. Karena isterinya masih melanjutkan ke studi S2 Kenotariatan. Lalu meminta izin kepada Gubernur Sulteng saat itu H. Galib Lasahido.

“Izin saya disetujui pak Gub, dan saya bekerja jadi Asisten Apoteker, merangkap pelaksana Kepala Perwakilan di Mes Pemda Sulteng di Jakarta. Kemudian diperintahkan pak Gub untuk jadi Kepala Perwakilan. Sampai datang pak Gubernur Abd. Azis Lamadjido. Saya diminta lagi sebagai Kepala Perwakilan selama dua tahun lebih,” ungkapnya.

Di zaman itu, Longki sempat bermohon pindah ke Dinas Kesehatan di Palu. Disetujui, dan dikasih jabatan Sekretaris Dinas. Tugas ini ternyata jauh dari bidang ilmunya sebagai apoteker.

“DI Dinas Kesehatan, saya enam tahun. Nanti datang pak Gubernur Banjela Paliudju, saya dipindahkan menjadi Kepala Biro (Karo) Humas Pemprov Sulteng. Semua tugas ini saya yakini, saya sadari, dan harus dilakoni. Saya jalani. Ternyata Allah betul-betul maha adil,” ucap Longki.

Pengalamannya sebagai kepala daerah, menjalani tugas delapan tahun jadi Bupati Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), dan 10 tahun menjadi Gubernur Sulawesi Tengah, banyak pelajaran. Longki menepis, bahwa dalam politik teman dijaga dan dipelihara, tetapi musuh dihabisi. Bagi Longki itu hanya pandangan orang lain.

“Saya bukan orang politik. Saya terjun pertama kali, dan berkendaraan politik saat Pilkada perdana yang dipilih melalui pemilihan umum di Kabupaten Parimo melalui PDIP. Saya berfikir saya tahu masyarakat sangat mencintai saya. Saya didorong oleh masyarakat. Mungkin masyarakat menilai saya bisa melayani. Masyarakat itu yang mendorong saya,” bebernya.

Baginya terpilih di pemilihan langsung, dan dia bukan orang Parigi Moutong sebuah pencapaian yang luar biasa. Dia mengatakan, mungkin masyarakat melihatnya Longki berkarakter sebagai pelayan, sangat santun, mau berkorban. Inilah yang membuat masyarakat Parimo mendatangi Gubernur Prof. Aminuddin Ponulele yang menegaskan, jangan maju sebagai calon Bupati karena masih berstatus ASN.

Tetapi keinginan masyarakat Parimo lain, mendorongnya maju menjadi calon Bupati. Longki kepada Kamil Badrun mengungkapkan, dirinya menjadi matang berpolitik ketika bertemu dengan Ketua DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto. Saat itu ditawari untuk memimpin Gerindra Sulteng, yang baru memiliki dua wakilnya di DPRD Sulteng.

“Saya lihat Gerindra sangat nasional. Apalagi ibu saya itu memiliki bakat dan talenta politik. Hingga saya menerima pinangan Gerindra,” ucapnya.

Kini setelah menjadi Bupati dan Gubernur, Longki kembali maju di pesta demokrasi yang bernama Pemilu 2024. Bukan mencalonkan diri sebagai kepala daerah tetapi maju mencalonkan sebagai anggota DPR RI dari Partai Gerindra mengambil Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Tengah.

Inilah kesempatan dirinya membuktikan dan membesarkan partai. Sebab saat menjadi Bupati dan Gubernur, Longki tidak pernah memanfaatkan power dia sebagai penguasa daerah saat itu. Justeru setelah pensiun ini, dia benar-benar punya banyak waktu untuk membesarkan partai.

Mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif, menuju DPR RI, juga karena perintah partai.

“Waktu saya Gubernur saya tidak mau memanfaatkan partai. Perintah partai, setelah saya Gubernur maju ke DPR RI. Saya akan benahi partai kami. Karena sudah punya banyak waktu, saya pun berkeling ke Morowali Utara (Morut), Buol, dan Banggai. Pokoknya semua kabupaten di Sulteng sudah saya datangi. Sudah saya lantik pengurus dan konsolidasi. Sudah selesai,” katanya.

Bahkan selain konsolidasi, Gerindra berharap memenangkan Pemilu di wilayah-wilayah basis. Bahkan target sudah dicanangkan. Misalnya, target delapan kursi di DPRD Sulteng. Di semua kabupaten dan kota pun demikian, punya target. Misalnya ibu Anti Murad di Kabupaten Banggai menargetkan enam kursi. Di Kabupaten Buol enam kursi, dll.

“Saya persilakan semua kabupaten punya target. Saat ini di beberapa kabupaten kami punya pimpinan DPRD. Kita berusaha partai Gerindra lebih besar lagi,” tegasnya.

Mengapa Longki mau maju ke legislatif. Bukankah sudah cukup merasakan jabatan Bupati dan Gubernur. Kepada Kamil, Longki menyatakan keinginannya, ada setitik perjuangan yang masih ingin dilakoninya. Apa itu?

“Ada yang harus saya perjuangkan melalui parlemen. Yaitu di sektor regulasi, saya harus perjuangkan ini, agar menguntungkan daerah kita,” jawab Longki.

Dirinya siap bersuara di parlemen. Waktu Bupati dan Gubernur dia merasa belum bisa berbuat apa-apa. Maka, lewat parlemen bisa berjuang, tentu saja untuk pembangunan Sulawesi Tengah.

Di penghujung podcast yang hangat sore itu, Kamil tak lupa menanyakan soal kemiskinan Sulteng sebesar 12 persen, dari penduduk Sulteng yang sekarang sudah mencapai 3 juta jiwa. Menjawab itu, Longki mengatakan Sulteng masih perlu penguatan.

Misalnya dari sektor industri. Menciptakan lapangan kerja. Pemerintah harus melakukan intervensi. Harus ada keberpihakan dari pemerintah, dari regulasi, advokasi, dan pembelaan pemerintah daerah.

“Ini salah satu strategi mengurangi kemiskinan. Saya, kira tidak semua kabupaten masuk daerah miskin,” paparnya.

Di closing statemennya, Longki mengimbau kepada masyarakat luas di Sulteng. Diharapkan kader kader Gerindra, melakukan kondsolidasi dan menggalang kekuatan hingga ke tingkat kecamatan. Terutama saksi yang akan ditugaskan di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

“Itu kunci kemenangan. Mari kita sukseskan pesta demokrasi Pemilu 2024 dengan riang gembira. Jangan ada provokasi yang aneh-aneh. Perlihatkan hal-hal yang wajar di tengah masyarakat,” serunya.

Tak lupa Kamil menyinggung YB, anggota DPRD Sulteng yang diadili karena kasus pelanggaran IT. Apakah tidak ada mediasi.

“Mungkin dia (YB) paling jago, paling bisa, dan merasa paling benar. Sebenarnya saya tunggu permintaan maaf dan komunikasi dengan saya, tetapi tidak ada juga. Yah saya laporkan dia. Saya juga tidak menghendaki itu. Saya tuntut itu perbuatannya. Saya justeru orang pemberi maaf. Tapi kalau tidak ada yah sudahlah,” tandasnya.(mch/radarsulteng/ia)