PALU, radarparimo.com – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sulawesi Tengah tetap meminta orang tua maupun para dokter khususnya dokter spesialis anak melakukan upaya pencegahan penyakit ginjal akut terhadap anak. Meski dari laporan yang ada, belum satupun anak di Sulawesi Tengah terkonfirmasi menderita penyakit ini.
Ketua IDAI Sulawesi Tengah, dr Amsyar Praja Sp A dalam podcast Kabar68 yang dipandu Pemimpin Umum Radar Sulteng Group, H Kamil Badrun AR MSi, Selasa (8/11/2022) mengatakan memang banyak pasien anak yang datang dengan keluhan layaknya gejala ginjal akut. Namun hal tersebut, setelah ditelusuri lebih lanjut tidak berkaitan dengan penyakit ginjal akut.
“Meski begitu kami sudah instruksikan para dokter khususnya dokter anak, agar setiap keluhan awal ditindaklanjuti dengan serius, agar upaya pencegahan kasus ginjal akut ini bisa dilakukan sejak dini, tidak nanti setelah terjadi,” kata Amsyar, menjawab pertanyaan host Kabar68 terkait kondisi terkini kesehatan anak di Sulawesi Tengah.
Upaya pencegahan penyakit ginjal akut ini, secara awal juga sudah tumbuh sendiri di kalangan orang tua, dengan massifnya informasi dugaan penyebab penyakit ginjal akut. Salah satunya menghentikan konsumsi obat sirup kepada anak.
“Saya sendiri selaku Ketua IDAI juga sampaikan kepada dokter-dokter anak, agar memberikan edukasi kepada orang tua untuk tingkatkan kewaspadaan terkait penyakit ini,” ungkap Wakil Direktur Bidang Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata Palu ini.
Lebih jauh dijelaskan Amsyar, bahwa kasus ginjal akut pada anak ini terjadi sejak dua bulan terakhir. Kejadiannya pun serentak. Dengan gejala yang hampir mirip di tiap daerah. Seperti mual, muntah, urine berkuran dan susah buang air kecil.
IDAI Pusat kata dia, punya unit kerja sendiri yang turut melakukan investigasi terkait kasus ini.
“Awalnya hanya terjadi di 18 Provinsi saja, dan dulu kecurigaannya penyakit pascacovid. Namun ternyata di China kasus ini tidak ada, hanya terjadi di Gambia dan Indonesia,” ungkap Amsyar.
Lanjut dia, di Gambia sendiri diketahui penyebabnya adalah larutan yang tercampur dalam sirup obat. Indonesia pun juga melakukan penelitian.
Campuran pelarut dalam sirup obat pun telah diteliti BPOM. Dan ternyata ada sejumlah farmasi yang mencapurkan pelarut berjenis Propilen Glikol (PG) maupun Polietilena Glikol (PEG) yang melebihi ambang batas. “Oknum farmasinya juga sudah dijadikan tersangka,” jelasnya.
Menanggapi penjelasan itu, Kamil menyampaikan pertanyaan, jika sirup telah terkontaminasi senyawa yang menyebabkan penyakit ginjal akut, mengapa kasus ini sendiri baru terjadi beberapa bulan kebelakang? Sementara konsumsi obat sirup sudah berlangsung lama.
Menjawab hal itu, Amsyar menyampaikan, bahwa sesuai informasi yang diterimanya, bahwa senyawa larutan itu memang dicampurkan baru beberapa bulan ke belakang.
“Ini memang ulah produsen, yang baru menambahkan campuran penyebab ginjal akut. Bisa jadi karena faktor ekonomis produksinya,” papar Amsyar.
Selaku host Kamil juga menyinggung terkait meningkatnya anak-anak yang terserang berbagai penyakit, entah itu batuk dan pilek ataukah diare di akhir-akhir, apakah berkaitan dengan perubahan cuaca yang tidak menentu?. Dokter Amsyar menyampaikan, bahwa kondisi cuaca memang berpengaruh terhadap imun anak, ditambah dengan masih euforianya masyarakat terkait adanya pelonggaran aturan pandemi Covid-19.
“Jadi sekarang orang tua sudah bebaskan anaknya keluar rumah tanpa pakai masker, jarang cuci tangan dan bisa jadi ditambah penyakit bawaan pascacovid, mengakibatkan daya tahan tubuh anak menurun,” jelasnya.
Untuk itu dia berpesan, agar orang tua jangan lengah. Tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada diri sendiri dan juga anak.
Begitu juga peran guru di sekolah, untuk terus mengingatkan anak-anak tetap mencuci tangan dan memakai masker, agar terhindar tidak hanya Covid-19 namun juga penyakit-penyakit lainnya. “Sikap-sikap guru di kelas juga harus menunjukkan cara-cara sehat kepada anak-anak,” tandasnya. (agg/kabar68/ia)