Jakarta, radarparimo.com – Kementerian Perdagangan melalui Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) terus mendorong literasi kebijakan ekonomi digital di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) nasional.
Salah satunya dengan menyelenggarakan kegiatan Gambir Trade Talk (GTT) #9 yang kali ini mengangkat tema ‘UMKM Menjadi Raja di Marketplace Lokal: Strategi dan Kebijakan’ di Jakarta, Senin (20/3/2023).
Kegiatan yang dilaksanakan secara hibrida ini diikuti oleh sekitar 250 peserta yang terdiri dari pelaku usaha dan para pemangku kepentingan lainnya.
Hadir sebagai narasumber, Direktur Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kementerian Perdagangan Rifan Ardianto; Akademisi dan Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FE Universitas Indonesia Chaikal Nuryakin; Pelaku UMKM dan Co-founderPositive Plus Consulting Dinar Sudianto; dengan moderator Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Domestik Rr. Dyah Palupi.
Acara dibuka oleh Sekretaris BKPerdag Hari Widodo dan didahului dengan penyampaian data pra diskusi oleh Direktur Continuum Indef Omar Abdillah.
“Pada periode pascapandemi, pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan potensi dan produktivitas UMKM dengan mendorong digitalisasi atau onboarding bagi UMKM yang
mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional.
Saat ini, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64 juta, atau kurang lebih mencapai 99 persen dari seluruh pelaku usaha di Indonesia, dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61 persen, serta mampu menyerap tenaga kerja 97 persen,” jelas Kepala BKPerdag Kasan di tempat terpisah.
Menurut Kasan, kegiatan ekonomi berbasis internet di Indonesia terus berkembang pesat semenjak pandemi Covid-19 merebak di awal 2020. Sejak saat itu, berbagai kegiatan masyarakat secara masif bergeser dari kegiatan secara fisik (offline) menjadi virtual (online).
Kondisi ini kemudian mendorong munculnya berbagai ragam kegiatan ekonomi berbasis online untuk memehuni beragam kebutuhan masyarakat.
Dalam laporan e-conomy SEA 2022 Google-Temasek, nilai ekonomi digital Indonesia pada 2022
bernilai USD 77 miliar atau tumbuh 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Diproyeksikan, nilai tersebut akan mencapai USD 130 miliar pada 2025 dan terus tumbuh hingga USD 220—360 miliar pada 2030.
Adapun pendorong utama dari pertumbuhan tersebut adalah sektor e-commerce (niaga elektronik/niaga-el) dengan kontribusi lebih dari 76 persen pada 2022 dan diproyeksikan mampu mencapai USD 95 miliar pada 2025.
Sekretaris BKPerdag Hari Widodo menambahkan, UMKM memiliki potensi yang sangat besar dalam kegiatan ekonomi di Indonesia, khususnya dalam masa pemulihan pascapandemi.
Namun demikian, baru sekitar 32 persen pelaku UMKM yang telah memanfaatkan platform niaga-el
untuk meningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu, pemerintah menargetkan percepatan digitalisasi pada 30 juta pelaku UMKM onboarding ke ekosistem digital di 2024.
“Di Kementerian Perdagangan, berbagai strategi peningkatan kualitas perdagangan digital telahdilaksanakan.
Di antaranya pembinaan dan pendampingan UMKM, bantuan fasilitasi, sampai dengan fasilitator untuk meningkatkan edukasi terkait niaga-el bagi UMKM di seluruh Indonesia.
Selain itu, untuk memperkuat peningkatan daya saing UMKM, telah dilaksanakan juga beberapa program kemitraan melalui kerja sama dengan ritel modern dan akses pembiayaan,” urai Hari, dikutip lewat rilis Senin (20/3/2023)
Hari menegaskan, pemerintah terus berupaya agar UMKM tidak hanya mampu bertahan di tengah persaingan di era digital saja. Dengan jumlah yang sangat besar dan peran yang sangat
penting, UMKM harus didukung agar mampu menguasai marketplace (lokapasar), khususnya di dalam negeri secara berkelanjutan.
Sejalan dengan besarnya kontribusi UMKM di dalam lokapasar, sebagai pengantar diskusi
Direktur Continuum Indef Omar Abdillah mengingatkan bahwa saat ini barang yang
diperjualbelikan oleh UMKM masih didominasi produk dari merek besar dan barang impor.
“Walaupun toko di niaga-el didominasi UMKM yaitu sebesar 98,1 persen, namun barang yang
diperjualbelikan didominasi produk-produk dari merek besar dan juga barang-barang impor.
Berdasarkan riset data Continuum, indeks penetrasi produk UMKM lokal di sektor niaga-elIndonesia hanya 3,8 persen. Adapaun kategori pakaian wanita memiliki penetrasi produk UMKM lokal tertinggi dengan indeks penetrasi 18,9 persen,” ungkap Omar.
Direktur Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kementerian Perdagangan Rifan Ardianto menyampaikan, kebijakan pengembangan ekosistem perdagangan digital bagi UMKM harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, asosiasi, dan pelaku usaha.
Sementara, Kepala LPEM UI Chaikal Nuryakin mengungkapkan, upaya mendorong kontribusi produk lokal oleh UMKM di lokapasar juga perlu didukung para produsen dengan menghasilkan produk lokal yang berkualitas.
Pelaku UMKM dan Co-founder Positive Plus Consulting Dinar Sudianto menambahkan, UMKM perlu jeli melihat peta permintaan dan mempertimbangkan faktor biaya sebelum memilih untuk onboarding ke dalam lokapasar agar UMKM dapat mengambil keuntungan dari perkembangan perdagangan digital. (*/ia)