Dari Penelitian The Living Law and Local Wisdom Tim Dosen FH Untad di Lokasi Mangrove Wilayah Parimo

Tim dosen Fakultas Hukum Universitas Tadulako (FH UNTAD) melaksanakan penelitian terkait the living law/hukum adat dan kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan wilayah pesisir. Tim ini beranggotakan Dr Rahmat Bakri SH MH, Dr Ansar SHI MH, dan Saharuddin Djohas SH MH. Penelitian ini juga melibatkan sejumlah mahasiswa sebagai bagian dari tim. (IST)

PALU, radarparimo.com Tim dosen Fakultas Hukum Universitas Tadulako (FH UNTAD) melaksanakan penelitian terkait the living law/hukum adat dan kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan wilayah pesisir. Tim ini beranggotakan Dr Rahmat Bakri SH MH, Dr Ansar SHI MH, dan Saharuddin Djohas SH MH. Penelitian ini juga melibatkan sejumlah mahasiswa sebagai bagian dari tim.

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) benerapa waktu lalu. Menurut ketua tim peneliti, Rahmat Bakri, penelitian yang dilakukan timnya berusaha menemukan the living law (hukum) yang hidup dalam masyarakat) dan local wisdom (kearifan lokal) dalam upaya pelestarian wilayah pesisir. Lebih spesifik difokuskan pada pelestarian mangrove sebagai satu ekosistem pendukung lingkungan pesisir.

Dikatakan, terdapat berbagai regulasi negara (state law) yang berkaitan dengan pelestarian dan perlindungan lingkungan dan pengelolaan wilayah pesisir. Namun tidak berarti bahwa hukum dan kearifan lokal yang hidup di masyarakat harus hilang atau kehilangan fungsinya karena dominasi dan otoritas hukum negara. Masyarakat sejak dulu memiliki cara dan pendekatan dalam menjaga dan melestarikan lingkungannya.

Menurutnya, pemilihan Kabupaten Parimo sebagai lokasi penelitian salah satu pertimbangannya karena letak daerah tersebut di kawasan Teluk Tomini yang saat ini dilirik berbagai investor untuk pemanfataan kawasan pesisir.

Seperti perusahaan-perusahaan tambak yang mulai muncul di wilayah itu untuk kurun waktu terakhir. Kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut penting untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Tapi pada saat bersamaan lingkungan di wilayah itu harus tetap terjaga dan lestari.

“Secara spesifik kami ingin melihat bagaimana kearifan lokal dalam menjaga kelestarian mangrove,” kata Rahmat dalam keterangannya kepada Radar Sulteng.

Ditambahkan, penelitian juga dilakukan di Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. Dengan tujuan yang sama yakni menemukan the living law dan local wisdom masyarakat dalam menjaga dan melestarikan wilayah pesisir, khususnya mangrove.

“Kita lakukan studi komparasi antar kedua wilayah. Kebetulan karakteristik kewilayahannya relatif sama. Kabupaten Parimo berada di kawasan Teluk Tomini dan Kabupaten Majene berhadapan dengan Selat Makassar. Sebagai kabupaten pesisir, kedua wilayah ini memiliki potensi sekaligus tantangan dalam pengembangan sumber daya pesisir,” tandasnya.

Ia mengatakan penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berkontribusi bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan. Secara internal hasil penelitiannya kelak dapat dipublikasikan dalam jurnal berreputasi dan menjadi pengayaan bahan ajar bagi mahasiswa FH UNTAD. (ron/radarsulteng.id/ia)