Wabup Buka Workshop Advokasi Media KIE PRO PN Bagi Mitra Kerja Daerah Lokus Stunting

Wakil Bupati Parimo Sulawesi Tengah, H. Badrun Nggai, SE secara resmi membuka workshop materi advokasi dan media KIE PRO PN bagi mitra kerja daerah dilokus stunting Kabupaten Parimo tahun 2020 yang di laksanakan BKKBN Sulawesi Tengah bertempat di Gedung pertemuan Hotel Anutapura Parigi. Rabu, (23/9/ 2020).foto : Humas Parimo

PARIGI –  Wakil  Bupati  Parimo  Sulawesi Tengah, H. Badrun Nggai,  SE secara resmi membuka  workshop materi advokasi dan media KIE PRO PN bagi mitra kerja daerah dilokus stunting  Kabupaten Parimo tahun 2020  yang di laksanakan BKKBN  Sulawesi Tengah  bertempat  di Gedung  pertemuan Hotel Anutapura Parigi. Rabu, (23/9/ 2020).

Acara tersebut dihadiri Kepala Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah. Ruwayah, SE.MM serta  beberapa kepala OPD Kabupaten Parimo.

Bacaan Lainnya

Ketua panitia pelaksana Sakkirang, S.Sos,MAP  melaporkan workshop materi advokasi dan media KIE PRO PN  bertujuan meningkatkan komitmen pemangku kepentingan dan penentu kebijakan  serta pengetahuan dan perilaku keluarga tentang  Program  Banggakencana Khususnya Proyek Prioritas Nasional (Pro PN) pola pengasuhan 1000 HPK dalam rangka mencegah stunting  di tingkat  kabupaten.

Sakkirang  menambahkan BKKBN  dengan bisnis inti keluarga memiliki peran dalam pemberdayaan keluarga melalui kelompok kegiatan bina keluarga balita (BKB) dengan cara Promosi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai Pengasuhan 1000 HPK (sejak kehamilan hingga anak berusia 2 tahun).

Di Kesempatan yang  sama, Kepala Bidang  keluarga  Sejahtera dan pembangunan keluarga,                             Ruwayah.SE.MM  mewakili  kepala BKKBN  Sulawesi Tengah  dalam sambutanya   mengatakan Kerangka intervensi stunting  yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif  dimana  Intervensi Gizi spesifik ditujukan kepada anak dalam 1000 HPK dan berkontribusi pada 30%  penurunan stunting  yang  dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita.

Untuk penurunan stunting melalui intervensi gizi sensitif, salah satunya adalah melalui pemberdayaan keluarga sebagai bentuk pendidikan non-formal.

BKKBN  dengan inti bisnis keluarga memiliki peran dalam pemberdayaan keluarga melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dengan cara Promosi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai Pengasuhan 1000 HPK (sejak kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Ungkap Ruwayah. SE.MM.

Ruwayah. SE.MM menambahkan  Program Bina Keluarga Balita (BKB) sebagai bagian dari Program Banggakencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran ibu beserta anggota keluarga lainnya yang menjadi anggota kelompok dalam membina tumbuh kembang balitanya melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan, emosi sosial serta moral yang berlangsung dalam proses interaksi antara ibu/anggota kelompok.

Sementara itu,  Wakil Bupati Badrun Nggai dalam sambutannya mengatakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis akan nampak sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal setelah bayi lahir sedangkan kondisi stunting akan nampak setelah bayi berusia dua (2) Tahun.

“Kondisi tersebut akan berdampak pada tingkat kecerdasan, keramahan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan. Olehnya Itu, Stunting menjadi salah satu prioritas program nasional yang harus  didukung, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah”. Ujar  Wakil Bupati.

Wakil bupati menambahkan, program Bina Keluarga Balita (BKB) akan berjalan dengan baik apabila mendapat dukungan, komitmen serta kesadaran dari para pemangku kepentingan khususnya masyarakat tentang pentingnya penyiapan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini.

Wakil Bupati berharap, adanya pembinaan kelompok BKB dapat memberikan peluang serta pemahaman bagi orang tua dan masyarakat lainnya sehingga kedepannya dapat mempraktekkan pengasuhan tumbuh kembang anak pada seribu hari pertama kehidupan demi terwujudnya generasi emas dan dapat mencegah terjadinya Stunting.(Abt/ddy)