Parigi- Dianggap belum maksimal, pola Intervensi stunting di daerah terpencil di Parimo Sulteng perlu perbaikan.
“Dari hasil evaluasi, kami menemukan sejumlah kendala khususnya di wilayah-wilayah terpencil. Salah satunya pola ASI ibu terhadap balita belum memenuhi indikator yang diharapkan,” ungkap Kabid Sosbud Bappelitbangda Parimo Sahid Badja, di Kantor Bappellitbangda, Senin (10/8/2020).
Untuk mengatasi itu kata dia, yang terpenting dalam hal ini adalah sosialisasi dan edukasi yang maksimal kepada warga di daerah terpencil.
Termasuk, penyediaan sarana air bersih serta jamban yang higenis. Hal itu lanjut dia, sangat mendukung pencapaian indikator keberhasilan penurunan stunting di Parimo.
“Penanganan kasus kekerdilan anak menjadi program prioritas nasional yang melibatkan pemerintah daerah tingkat provinsi, kabupaten atau kota dalam rangka pemenuhan gizi agar tumbuh kembang anak baik,” urainya.
Ia melanjutkan, pada tahun 2020 Pemda Parimo menargetkan angka stunting mengalami penurunan hingga 20 persen dari 34,4 persen.
Pemda bertekad pada tahun 2024, Parimo menargetkan sasaran nasional menurunkan angka stunting mencapai 15 persen.
Perencanaan ini harus didukung masing-masing instansi yang terlibat, termasuk yang punya kepentingan serta warga pada umumnya.
“Pemda telah melakukan intervensi melalui sejumlah program dan kegiatan pada masing-masing instansi. Baik itu sosialisasi hingga pembangunan sarana dan prasarana serta pendukung di desa sasaran.
Pada tahun 2020 lanjut dia, Pemda Parimo telah menetapkan 47 desa di 11 kecamatan menjadi sasaran penanganan kasus kekerdilan berdasarkan hasil rembuk lintas sektor yang dituangkan dalam komitmen bersama.
Selanjutnya, program OPD untuk penurunan stunting dapat diarahkan ke 47 desa lokus. Ia mencontohkan, DPMPD Parimo bersinergi dengan Pamsimas untuk penyediaan akses air bersih dan sanitasi.
“Setelah evaluasi, selanjutnya kami meneruskan kegiatan dilaksanakan masing-masing instansi terutama sektor kesehatan dan infrastruktur,” tutupnya. (Abt)